Limbah Kain Jadi Eco-brick, Emang Bisa?
Dua juta plastik digunakan setiap menit di bumi dan kurang dari 10% berhasil didaur ulang (recycle). Itu baru plastik. Limbah tekstil dari industri fashion-pun tidak kalah mencengangkan.
Dari 100 milyar pakaian yang diproduksi setiap tahun di seluruh dunia, 92 juta ton berakhir di TPA, belum lagi cut-off atau limbah sisa potongan dari proses produksi. Ini sama dengan 1 truk sampah setiap detik yang membuang sampah baju ke TPA di seluruh dunia.
Jadi bukan sebuah kebetulan, Kebun Kumara diundang oleh pihak Zaskia Mecca (ZM) Community untuk memberikan edukasi Ecobrick pada hari Kamis, 15 Februari 2024. Bertujuan sebagai aksi edukatif nyata, di workshop ini ZM Community melakukan penanganan skala kecil untuk limbah dari tekstil cut-off brand ZM dan juga plastik sekali pakai.
Workshop ini merupakan langkah awal dalam proses brand ZM menggodok “blueprint” untuk langkah sustainability atau proses berkelanjutan yang ingin dijalankan bisnisnya. Di workshop ini, ZM mengundang para anggota dari ZM Community untuk belajar membuat Ecobrick bersama Kebun Kumara.
Ecobrick memiliki makna “bata ramah lingkungan”. Disebut bata ramah lingkungan karena digunakan sebagai alternatif bata konvensional. Namun, pemanfaatannya tidak hanya digunakan untuk menjadi pengganti bata untuk membangun rumah. Kebun Kumara sendiri memanfaatkan Ecobrick menjadi dengklik, meja dan kursi yang fungsional untuk bekerja.
Siti Soraya Cassandra (Sandra) dari Kebun Kumara membuka sesi ini dengan bercerita tentang realita pahit isu sampah yang kita hadapi dan penangannya menggunakan pendekatan 5R. “Biasanya yang diajarkan itu 3R, tapi itu sebenernya nggak lengkap. Harusnya 5R, dimulai dengan Refuse yaitu penolakan pembelian untuk mencegah adanya sampah, lalu Reduce yaitu mengurangi, Reuse yaitu gunaulang yang ada, Rot yaitu mengkompos dan terakhir Recycle yaitu mendaur ulang karena daur ulang hanya solusi sementara yang pada akhirnya akan menghasilkan sampah juga.”
Menurut Zaskia Mecca, selaku pemilik brand fashion muslim ZM Now dan pendiri ZM Community, masalah sampah juga sering dialami dalam karirnya di brand fashion. Hal ini yang mendorong diadakannya edukasi Ecobrick kali ini.
Kegiatan dilanjutkan dengan praktek membuat Ecobrick dengan mengisi botol dengan potongan sampah plastik dan limbah tekstil yang telah disiapkan. Setelah itu botol dibuat padat dengan menggunakan tongkat bambu agar botol terisi secara utuh dan penuh.
Sebanyak 30 peserta mengikuti kegiatan ini, dari usia anak sekolah hingga dewasa turut mewarnai kemeriahan proses belajar dan membuat Ecobrick.
“Sambil memadatkan sampah, sambil mencurahkan energi negatif,” ungkap salah satu peserta yang begitu bersemangat mendorong sampah ke dalam botol dengan tongkat bambunya.
Antusiasme ini merupakan sebuah bukti bahwa kita semua memiliki semangat untuk mengatasi isu sampah. Sudah saatnya semua pihak turun tangan untuk mencegah mudharat sampah yang akan merugikan kita semua. Ayo kita belajar mengurangi, memilah dan mengolah sampah dan terus menuntut pemerintah dan para pemain industri besar untuk turut melakukan kewajiban mereka!