Edukasi Lingkungan Lewat Ecobrick di Sekolah-sekolah Jabodetabek
Pendidikan memiliki tujuan untuk mencerdaskan bangsa. Pendidikan juga diharapkan dapat membentuk sumber daya manusia yang dapat mengatasi permasalahan di masyarakat. Menurut UNESCO terdapat empat pilar pendidikan, yaitu: learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu), learning to be (belajar untuk menjadi sesuatu), dan learning to live together (belajar untuk hidup bersama).
Permasalahan sampah merupakan topik pembicaraan yang sering menjadi masalah di era modernisasi ini. Tingkat konsumsi penduduk yang menjulang tinggi berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan. Polusi pun dimana-mana; sungai, laut, tanah, bahkan udara. Maka dari itu pendidikan lingkungan sejak dini bagi anak menjadi sangat penting. Sehingga harapannya, semua lapisan masyarakat dapat berkontribusi untuk menyelesaikan permasalahan sampah ini, dari tingkat individu maupun kelompok masyarakat.
Pada bulan Maret dan Mei kebetulan Kebun Kumara berkesempatan untuk memberikan edukasi seputar waste management ke beberapa sekolah di Jabodetabek melalui workshop Ecobrick. Ternyata antusiasme sekolah-sekolah luar biasa, lho. Kita simak ceritanya yuk!
Terdapat dua sekolah yang diberikan pelatihan Ecobrick. Pada bulan Maret pelatihan Ecobrick dilakukan di SMP Tarsisius II, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Kemudian pada bulan Mei pelatihan dilakukan di Sekolah Cikal Serpong. Kedua sekolah ternyata punya komitmen yang besar untuk mengedukasi murid-muridnya tentang edukasi Ecobrick ini. Keren banget ya!
Para murid yang mengikuti pelatihan ini terhitung banyak. Di SMP Tarsisius II, dihadiri oleh 126 murid dari perwakilan tiga tingkatan kelas (7, 8, 9). Sedangkan di Sekolah Cikal Serpong dihadiri oleh 100 murid dari tingkat pertama sekolah dasar.
Pelatihan Ecobrick memiliki dua rangkaian kegiatan. Ada sesi teori dan praktek. Pada sesi teori para murid diajak untuk memahami masalah sampah plastik saat ini. Mulai dari bahayanya bagi kelestarian lingkungan hingga bahayanya untuk manusia. Sehingga adik-adik dapat memahami alasan gerakan Ecobrick digalakkan.
Setelah sesi teori, kegiatan dilanjutkan dengan sesi praktek. Kak Ara menyampaikan bahwa ada dua jenis plastik yang bisa dijadikan ecobrick yaitu “hard plastic” dan “soft plastic”. Pertama-tama, peserta diminta untuk mengisi botol dengan soft plastic terlebih dahulu di bagian bawah botol. Jika sudah padat, botol bisa diisi dengan kedua jenis plastik. Meskipun terdengar mudah, ternyata untuk benar-benar menjadi Ecobrick dibutuhkan kerja kelompok.
Pada setiap sesi praktek, para murid dibagi ke dalam kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 10-12 anak. Sehingga pada sesi ini adik-adik juga latihan bekerja sama. Durasi praktek di setiap pelatihan rata-rata sekitar 1-2 jam. Meskipun durasinya terbilang lama, namun pembuatan Ecobrick sendiri kadang bisa memakan waktu lebih dari itu, sesuai sampah plastik yang dimasukkan. Hal itu juga dikarenakan sampah yang diisi harus memiliki berat sepertiga dari volume botol.
Namun para murid menunjukkan antusiasme yang cukup tinggi. Para murid bersemangat untuk membuat Ecobrick sampai jadi sesuai berat yang dibutuhkan. Botol yang dibuat Ecobrick terdapat dua jenis, ada yang volume 600 ml dan 1000 ml. Untuk botol ukuran 600 ml, berat sampah harus mencapai kurang lebih 200 gram. Sedangkan untuk botol ukuran 1000 ml, berat sampah harus mencapai kurang lebih 300-350 gram.
Terdapat beberapa komentar menarik selama kegiatan. Ada yang menyampaikan bahwa kegiatan workshop ini menjadi motivasinya untuk mulai ikut gerakan “go green”. Kurang lebih begini penyampaiannya, “Habis ini aku pasang di bio sosmed-ku go green deh”. Ada juga yang berkomentar jadi mau coba bikin di rumah.
Guru-guru pun juga turut memberikan komentar terhadap kegiatan ini. Dari sekolah SMP Tarsisius II, seorang guru menyampaikan bahwa topik bahasan sampah merupakan pengetahuan baru bagi para murid. Kemudian dari Sekolah Cikal, seorang guru menyampaikan bahwa pelatihan ini sangat cocok dengan topik pembelajaran yang sedang dipelajari para murid mengenai pemanfaatan sumber daya, sehingga para murid menjadi paham pentingnya mengelola sampah.
Para murid SMP Tarsisius II dan Sekolah Cikal Serpong sudah berani ambil bagian untuk mengatasi masalah sampah. Bagaimana dengan sekolahmu? Yuk, daftarkan sekolahmu di workshop Ecobrick.