“Dari Piring Ke Tanah", Ramah Tamah di Ramah Tanah
Kalau kita bicara soal pangan, apa yang paling cepat terlintas di kepala teman-teman? Petani? Pematangan sawah? Ternyata kita sebagai masyarakat kota juga punya kontribusi lho terhadap pangan. Hal ini menjadi obrolan penting dalam kegiatan kolaborasi Kebun Kumara dengan Yayasan Madani Berkelanjutan selaku inisiator kegiatan Ramah Tamah. Ramah Tamah volume 1 kali ini mengangkat tema “Dari Tanah Ke Piring”, menghadirkan Yoyo Yogasmana selaku juru bicara Kasepuhan Ciptagelar dan Soraya Cassandra selaku Founder Kebun Kumara. Kegiatan ini berlangsung pada Minggu, 27 Agustus 2023 pada pukul 13.00 WIB, berlokasi di Halaman Tujuh, Pondok Cabe, Tangerang Selatan.
Sebagaimana masyarakat adat pada umumnya, setiap ilmu atau nilai kehidupan hadir secara turun temurun. Yoyo Yogasmana atau akrab disapa Kang Yoyo sebagai narasumber kali ini banyak bercerita bahwa secara turun temurun masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar membangun hubungan seimbang dengan alam sekitarnya. Hal tersebut terjadi salah satunya pada kegiatan bertani yang hanya dilakukan sekali dalam setahun. Bertani setahun sekali merupakan perintah leluhur yang dilakukan dengan mempertimbangkan siklus alam. Hasil padi tersebut sudah dapat memenuhi kebutuhan satu desa, bahkan juga makhluk lain. Menurut Kang Yoyo setidaknya ada 3 ton per lumbung padi. Meski demikian, padi hasil panen tidak diperjual-belikan, melainkan menjadi ‘tabungan’. Menariknya, Kasepuhan Ciptagelar sendiri sudah ada sejak 650 tahun lalu, jauh sebelum Indonesia merdeka.
Setelah cerita menarik dari Kasepuhan Ciptagelar, berikutnya cerita datang dari Kebun Kumara. Dengan dipandu oleh Soraya Cassandra atau akrab dipanggil Sandra, peserta diajak untuk dapat melihat kebun pangan dan menanam langsung di lahan. Peserta dikenalkan dengan ekosistem kebun dan juga tanah. Seperti prinsip Masyarakat Adat Kasepuhan Ciptagelar, kebun pangan garapan Kebun Kumara juga mengikuti prinsip berbagi dengan seluruh makhluk. Toh yang suka tanaman memang bukan cuman manusia, masih ada serangga yang perlu makan daun atau nektar dari bunga. Selain dibutuhkan bagi manusia dan serangga kebun, tanaman ternyata juga bisa memberikan nutrisi ke tanah menurut ujaran Sandra. Pada kesempatan ini, peserta mencoba menanam tomat dan kangkung langsung di lahan. Sekaligus belajar bagaimana mengolah tanah kering (tandus) yang tepat untuk kebutuhan menanam. Supaya kegiatan berkebun bisa terus menerus dilakukan, peserta diberi kesempatan membawa pulang bibit tanaman kenikir dan telang dalam pot. Lumayan, kalau sudah tumbuh besar nantinya bisa punya pengalaman ngelalap kenikir sambil nyeduh es teh telang hasil menanam sendiri.
Dalam penutupan kegiatan, Ramah Tamah ajak peserta untuk menyempatkan yoga bersama. Pas sekali, waktu sudah mulai sore, badan dan pikiran sudah menyerap banyak ilmu. Yoga dipimpin oleh Erdin Juwita dari Cerita Yoga. Kalau biasanya yoga pakai matt empuk, kali ini langsung di rumput, sekalian grounding. Merasakan nikmat semesta melalui udara dan tanah, sembari menyapa diri yang sudah berkarya seharian penuh.
Kegiatan ini berhasil menyajikan pengalaman bagi masyarakat kota untuk kembali ‘menyapa’ tanah. Kembali mengenal proses makanan yang sehari-hari disantap, mengingat kembali bahwa tanah adalah bagian dari sumber kehidupan. Prinsip hidup berkecukupan dan mau berbagi menjadi sangat penting untuk didiskusikan, demi melestarikan ibu bumi.
____
Buat kamu yang mau mengadakan kegiatan seperti Ramah Tanah di atas, bisa klik link di bawah ini untuk info detailnya!