Berkebun Organik Tanpa Mengenal Kata Hama
Sangat mustahil dan egois jika kita menganggap bahwa kebun kecil kita adalah hanya milik kita saja, manusia bukan raja diatas kebun dan bukan yang berhak atas semua yang ada di kebun.
Jadi sudah pasti jika kita berkebun, akan kedatangan berbagai makhluk-makhluk seperti lebah, kupu-kupu, belalang, semut, cacing, siput, kaki seribu, dan semacamnya dengan perannya masing-masing di kebun kita. Mereka tidak perlu dianggap musuh atau hama. Selain sebagai sumber kehidupan bagi makhluk-makhluk kecil tersebut, kebun itu bisa cukup untuk menjadi sumber makanan untuk kita. Selain merawat perut dengan hasil-hasil kebun yang menyehatkan, kita pun harus merawat alam untuk mencapai tujuan yang lebih mulia. Apalagi kalau berkebun itu sebenarnya kita yang melibatkan diri di tempat hidupnya luwing dan teman-temannya. Jadi, sebaik-baiknya berkebun adalah untuk meniru cara kerja alam.
Di Kebun Kumara sendiri kita berkebun dengan mengikuti prinsip alam, yaitu Permaculture yang menerapkan pendekatan dimana kita bisa bekerja bersama dengan alam, meniru kecerdasan alam, bukan untuk melawannya. Jadi dapat meraih keseimbangan dalam berkebun.
Dalam meniru prinsip alam, kita dapat bercermin pada cara kerja hutan untuk menjaga keseimbangan seisinya dengan merawat keanekaragaman semua yang ada dalam naungannya. Hampir mustahil kalau isinya hutan hanya ada satu jenis tanaman saja.
Begitu pula dalam membuat kebun, sebaiknya kita mencoba untuk menerima dan meniru keanekaragaman itu. Misalnya dengan menanam tanaman-tanaman tinggi, seperti pohon kari dan pohon pisang, yang fungsinya sebagai pelindungnya para predator seperti kadal,burung, dan makhluk-makhluk yang memakan serangga di kebun, yaitu para ulet, siput, dan belalang.
Lalu agar serangga enggan dekat-dekat, kita bisa menanam bumbu dapur semacam sereh dan kemangi yang beraroma wangi. Bisa juga bunga matahari dan pacar air, yang serangga suka untuk makanin. Kalau di kebun ditambahkan keanekaragaman hayati dengan menanam bunga-bunga tersebut, kita bisa mengalihkan perhatian para serangga untuk memakan mereka daripada sayur-mayur yang kita tanam.
Berbagi adil itu kunci, contohnya daun matahari yang daunnya bolong-bolong. Tidak masalah juga, karena kan daun matahari tidak akan kita panen untuk dikonsumsi. Kalau di kebun ada beberapa daun yang juga bolong, tidak apa-apa. Karena kita menanam bukan untuk diri kita, tapi juga untuk makhluk yang ada dalam ekosistem kebun kita. Tapi, walaupun bolong pun masih ada manfaatnya, seperti daun sirih yang masih bisa untuk mengatasi mimisan.
Jadi jangan menganggap makhluk hidup yang ada di kebun kita sebagai hama kalau jumlahnya belum membludak. Hama itu kalau jumlah mereka yang berlebihan bisa sampai mengganggu panen hasil kebun kita. Jika kerugian itu terjadi, artinya ada yang tidak seimbang di kebun kita. Bisa dilakukan dengan mendesain ulang kebunnya. Bisa tambah bunga-bungaan atau wewangian, sebagai penghalang serangga. Karena filosofi dasar berkebun salah satunya adalah janganlah buru-buru menilai sesuatu itu hama.